Dalam kurun waktu setahun terakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pengeluaran non-konsumsi per kapita dalam sebulan sebesar lebih dari 50 persen. Dari data tersebut, jumlah uang yang dikeluarkan untuk rokok nilainya cukup besar. Dalam sebulan angkanya mencapai lebih dari enam persen secara rata-rata nasional. Pengeluaran uang untuk membeli rokok ini lebih besar dibanding uang yang dipakai untuk membeli beras yakni sekitar lima persen sebulan.
BPS juga mencatat bahwa pengeluaran rokok, khususnya rokok kretek filter, menjadi komoditas penyumbang terbesar kedua pada kemiskinan setelah makanan. Dalam catatan BPS angka kontribusi rokok sebesar 11-an persen di perkotaan dan 10-an persen di pedesaan. Tak hanya itu, di masa pandemi ini, Komnas Pengendalian Tembakau merinci terjadi peningkatan jumlah perokok sekitar 13 persen.
Lantas bagaimana kesadaran masyarakat terkait pentingnya memenuhi kebutuhan pokok di tengah pandemi ini? dan bagaimana upaya pencegahan aktivitas merokok guna memenuhi kualitas kesehatan masyarakat? untuk mengetahui penjelasannya, pagi ini kami sudah bersama Peneliti CISDI, Nurul Nadia Luntungan dan Ketua RT 1/ RW 3 dari Kampung Bebas Asap Rokok dan Covid-19 di Cililitan Jakarta, M Nur Kasim.