Pasti sudah kenal atau paling nggak pernah mendengar istilah atau jargon seperti 'Indonesia bubar 2030’ dan ‘politikus sontoloyo’?
Satu bulan setengah sejak masa kampanye dimulai pada 23 Oktober 2018 lalu, suguhan yang diberikan kepada masyarakat jauh dari adu argumentasi terkait gagasan yang substantif.
Entah memang dinawaitukan atau tidak, kedua pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saling lempar istilah dan jargon yang kemudian jadi viral.
Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sempat melemparkan jargon semacam 'Indonesia bubar 2030', '99 persen rakyat hidup pas-pasan', 'tampang Boyolali', 'tempe setipis ATM', atau 'chicken rice Singapura'.
Sementara, pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin juga melempar istilah yang jadi kontrovesi, mulai dari 'politikus sontoloyo', dan terbaru yakni, 'politik genderuwo'.
Ada yang bilang, masa satu setengah bulan kampanye Pilpres ini hanyak pemanasan. Artinya, adu argumen yang lebih subtansial bakal didapat masyarakat ketika debat capres-cawapres digelar oleh KPU nanti.
Kenapa sih kok sepertinya perang gimmick, istilah atau jargon ini jadi tren?