Menyoal Perekonomian Jika Gelombang Kedua COVID-19 Terjadi

menyoal-perekonomian-jika-gelombang-kedua-covid-19-terjadi

Ancaman terbaru COVID-19 kembali datang dari Tiongkok dengan lonjakan kasus infeksi baru di Beijing pekan ini. Padahal Negeri Tirai Bambu itu sebelumnya telah berhasil mengendalikan penyebaran wabah dan sempat tak alami kasus baru selama 2 bulanan. Negara lain seperti Selandia Baru setelah sepekan menyatakan bebas COVID-19, kini juga kembali melaporkan kasus infeksi baru. Negara-negara di dunia memang tengah mewaspadai adanya potensi gelombang kedua pandemi Corona atau COVID-19.

Dilansir CNBC, Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van Kerkhove mendesak otoritas kesehatan tetap waspada dengan banyaknya negara yang menghadapi kemunculan kasus-kasus baru virus corona.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani khawatir apabila gelombang kedua atau yang disebut double hit benar terjadi, kontraksi ekonomi global tahun 2020 diperkirakan akan menjadi lebih parah. Padahal, kata dia, biaya penanggulangan pandemi virus korona, kini mencapai Rp695 triliun dari sebelumnya Rp677 triliun.

Ketahanan ekonomi kita seperti apa saat ini untuk melewati gelombang 1 dan kesiapan untuk secondwave? Apa yang harus dilakukan pemerintah sebagai antisipasi dampak ekonomi gelombang kedua COVID-19 saat kita baru mencoba new normal?

Kita akan obrolkan bersama Peneliti Ahli Utama di Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Maxensius Tri Sambodo. Simak juga pernyataan dari Menteri keuangan Sri Mulyani dan Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban soal hal ini.