'We Want To Go To School, Not To Get Married' yang berarti: 'Kami ingin sekolah, bukannya menikah' menjadi seruan anak Indonesia dalam sebuah forum internasional. Zahra, anak perempuan berumur 14 tahun dari Jakarta Utara, didapuk untuk berbicara di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mewakili remaja di dunia. Selain Zahra, ada empat remaja lain dari Nepal, Mexico, Albania dan Mozambique.
Zahra menyuarakan kegelisahannya soal perkawinan anak yang masih terus terjadi. Ia terpukul melihat anak sebayanya yang harus berhenti sekolah karena dipaksa menikah. Sementara, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat kenaikan angka perkawinan anak pada usia dini mencapai
24 ribu masa pandemi COVID-19 ini.
Zahra merupakan salah satu anak dampingan Save the Children Indonesia selama bertahun-tahun.
Seperti apa tren kasus perkawinan anak di Indonesia? Bagaimana pula cara unutk menghentikan praktik perkawinan anak di Indonesia?
Kita akan bincangkan bersama Child Protection Advisor Save the Children Zubedy Koteng dan Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan Keluarga dan Lingkungan KemenPPPA, Rohika Kurniadi Sari.